Rabu, 27 Februari 2013

ORANG TUA ADALAH PEMBENTUK KARAKTER ANAK


Orang Tua adalah Pembentuk Karakter Anak
Karakter suatu bangsa merupakan aspek penting yang mempengaruhi pada perkembangan sosial-ekonomi. Kualitas karakter yang tinggi dari masyarakat tentunya akan menumbuhkan keinginan yang kuat untuk meningkatkan kualitas bangsa. Pengembangan karakter yang terbaik adalah jika dimulai sejak usia dini.
Sebuah ungkapan yang dipercaya secara luas menyatakan, “Jika kita gagal menjadi orang baik di usia dini, di usia dewasa kita akan menjadi orang yang bermasalah atau orang jahat.”
Thomas Lickona (     )mengatakan, “Seorang anak hanyalah wadah dimana seorang dewasa yang bertanggungjawab dapat diciptakan.” Karenanya, mempersiapkan anak adalah sebuah strategi investasi manusia yang sangat tepat. Sudah terbukti bahwa periode yang paling efektif untuk membentuk karakter anak adalah sejak dalam kandungan sampai dengan usia 12 tahun. Diharapkan pembentukan karakter pada periode ini akan memiliki dampak yang akan bertahan lama terhadap pembentukan moral anak.
Ada sebuah kisah nyata, Ibunya Hussein Tabataba’i anak ajaib Iran yang sudah hafal Al-Qur`an beserta makna, keterangan-keterangannya ketika anak itu berumur tujuh tahun. Sang Ibu banyak membaca Al-Qur`an dan berdoa kemudian mengusapkan tangan ke kandungannya. Demikian pula dengan mengadzani sang jabang bayi yang baru dilahirkan sesuai dengan sunnah Nabi. Dengan demikian input pertama yang di-install-kan kedalam memory anak adalah kalimah toyyibah sebagi pondasi yang kuat bagi bangunan megah ‘keimanan’ masa depannya.  
Dari temuan itu, kita bisa mengambil kesimpulan betapa luar biasa pentingnya pendidikan anak pada masa keemasan (Golden Age). Sementara masih banyak diantara kita yang beranggapan, “Aah… dia kan masih anak kecil yang belum mengerti apa-apa. Nanti saja kalau sudah besar.” Sehingga akibatnya sangat minim para orang-tua yang menginvestasikan waktu dan perhatian pada anak di awal kehidupan mereka. Ini jangan terjadi dalam keluarga kita.
Sangatlah wajar jika keluarga sebagai pelaku utama dalam pembentukan karakter dan mendidik dasar-dasar moral pada anak. Dalam suatu tatanan rumah tangga yang terdiri dari orang tua dan anak, orang tua memiliki posisi yang strategis dalam pendidikan anaknya, karena sejak anak dilahirkan dari kandungan ibunya lebih banyak berada di lingkungan keluarga, mereka bergaul dan berkumpul dalam suasana penuh kasih sayang.
Kehadiran anak dalam keluarga menambah hangatnya iklim rumah tangga, keceriaan, kegembiraan, serta kebahagiaan bersama anak memiliki arti tersendiri. Hendaknya setiap orang tua menyadari betul akan keberadaan anak di tengah keluarga, bukan hanya sebatas sebagai perhiasan yang penuh dengan keceriaan melainkan anak juga sebagai generasi penerus keturunan manusia, yang kelahirannya senantiasa didambakan oleh setiap pasangan yang dikait tali perkawinan dan dapat mengubah suasana tatanan rumah tangga.
Orang tua berperan aktif dalam menorehkan warna pada kanvas kehidupan sang anak. Oleh karena itu, sebagai orang tua dan sekaligus sebagai pendidik haruslah mewarnai hidup anak dengan akhlak yang baik, yakni akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Betapa banyak petuah hikmah ditinggalkan anak ketika mereka melihat kurang baiknya akhlak kita, dan betapa banyak petuah hikmah yang dilaksanakan ketika mereka melihat bagusnya akhlak kita. Mengapa? Karena anak cepat menyerap lalu meniru segala tindak-tanduk kita, dan menjadikan kita sebagai panutan dalam hidup mereka. Dan sesungguhnya dari dalam diri orang tua tertumpu harapan besar akan terciptanya suasana kehidupan rumah tangga yang harmonis, yang saling asah, asih dan asuh. Kehidupan keluarga yang senantiasa dibingkai dengan lembutnya cinta dan kasih sayang serta nuansa agama akan melahirkan generasi-generasi impian yang diharapkan.  
Untuk mewujudkan tujuan mulia seperti uraian di atas, maka peran orang tua dalam pembentukan karakter anak antara lain:
a. Memberi nama yang baik dan mengajari budi pekerti.
Salah satu bentuk kemuliaan dan kebaikan yang dilakukan kepada bayi yang baru dilahirkan adalah pemberian nama dan kunyah (julukan) yang terbaik kepada mereka. Karena nama dan panggilan yang baik itu akan meninggalkan kesan positif dalam hati.
Sabda Rasulullah SAW:
إِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِكُمْ وَأَسْمَاءِ آبَائِكُمْ فَأَحْسِنُوا أَسْمَاءَكُمْ. رواه ابو داود
Sesungguhnya kalian pada hari kiamat nanti akan dipanggil dengan nama-nama kalian dan nama-nama bapak kalian, maka bagusilah nama-nama kalian.”
أَكْرِمُوا أَبْنَاءَكُمْ وَأَحْسِنُوا أَدَبَهُمْ. رواه ابن ماجة
Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan baik.  
مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا خَيْرًا لَهُ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ. رواه حاكم
Tiada suatu pemberian pun yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya, selain pendidikan yang baik
أَكْمَالُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. رواه أبو داود  عن أبى هريرة
Lebih sempurna imannya orang iman itu yang paling baik budi pekertinya.

b. Tanamkan aqidah dan kefahaman yang kuat.
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling peka untuk menanamkan aqidah, sikap hidup, sikap saling menghormati, sopan santun, tatakrama maupun sosial budaya. Dalam menanamkan aqidah dan kefahaman kepada putra-putrinya, sejak kecil orang tua sudah harus menanamkan, mengajarkan, meneladani semangat mencari ilmu, tertib dalam lima babnya, sehingga anak-anaknya mengerti mana yang benar dan mana yang salah, baik dan buruk, pahala dan dosa, mahrom dan bukan mahrom, serta mengerti hak dan kewajiban sebagai orang iman. Dengan pendidikan agama yang kuat sejak masa kanak-kanak akan lahir generasi kita yang tertib ibadahnya, khusyu’ sholatnya, rajin berdoanya, rajin mengajinya, rajin baca Al-Qur`an dan rajin ibadah sunnahnya. Karena tidak ada benteng yang kuat dalam menjaga kefahaman dan perisai terhadap pengaruh globalisasi yang menyesatkan selain kefahaman agama, dan keyakinan yang kuat terhadap kebenaran Qur`an Hadits .

3. Ajarkan kerukunan, melalui sikap toleransi dalam hidup bersama.
Dalam hal mengajari akhlaq kepada anak-anaknya, “Buah tidak akan pernah jatuh jauh dari pohonnya“. Begitulah ungkapan yang mengistilahkan begitu dekatnya kepribadian seorang anak dengan kepribadian orang tuanya. Memiliki kepribadian yang mulia bagi orang tua saat ini, adalah hal yang wajib kita tunjukkan kepada anak-anaknya. Karena hal ini mudah diterima daripada hanya sekedar teori, bicara, dan nasehat-nasehat yang kadang-kadang membuat anak-anak tambah jauh dari orang tuanya. Dalam hal menanamkan semangat kebersamaan maka sejak dini orang tua harus berusaha menciptakan iklim saling mengasihi saling membantu serta saling memperhatikan antar anggota keluarga. Dengan penanaman konsep ini maka nantinya akan terlahir generasi yang memiliki toleransi yang dijiwai semangat kebersamaan, saling membantu, saling mendoakan yang baik. Bukan generasi yang mementingkan diri sendiri, maunya menang sendiri serta egois tanpa memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
تَرَى اْلمُؤْمِنِيْنَ فِى تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ اِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى. رواه البخارى
Engkau melihat orang-orang iman di dalam saling menyayangi, saling menyenangi dan saling mengasihinya mereka sebagaimana satu tubuh, ketika salah satu anggotanya sakit maka seluruh tubuhnya ikut merasakan sakit, yaitu dengan tidak bisa tidur dan demam / panas dingin.”
عَلَيْكَ بِحُسْنِ الْخُلُقِ فَإِنَّ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا أَحْسَنُهُمْ دِيْنًا. رواه الطبرانى عن معاذ
Tetapilah budi pekerti yang baik, maka sesungguhnya lebih baiknya manusia ahlaqnya adalah bagus agamanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


“Menjadi Pondok Pesantren Yang berkemampuan global dalam dakwah Islam sehingga mendorong Umat Islam dan umat manusia pada umumnya memiliki kehidupan Yang sejahtera berbasis agama, kejujuran, amanah, hemat dan kerja keras, rukun,kompak serta dapat bekerjasama dengan baik”.