Jumat, 27 Desember 2013

Peran Guru / Ustadz dalam Mendidik Siswa / santri

1.    Menanamkan Kefahaman dan Menjadi Teladan Bagi Murid
Tujuan dari pendidikan bukan hanya transfer ilmu, membuat murid pandai menghafal, pandai menulis, pandai membaca melainkan juga harus ada perubahan tingkah laku murid menjadi lebih baik. Oleh karena itu di dalam mendidik murid, guru harus benar-benar tanamkan kefahaman pada murid. Jangan menambah materi jika murid belum faham betul dengan yang disampaikan.
Selain itu dibutuhkan guru yang miliki kepribadian yang luhur dan mulia agar dapat menjadi teladan bagi muridnya. Guru adalah pihak kedua setelah orang tua dan keluarga yang paling banyak berinteraksi dengan murid. Guru sangat berpengaruh dalam perkembangan seorang murid. Terlebih sebagai makhluk sosial seorang murid memiliki kecenderungan untuk mencontoh.
Oleh karena itu seorang guru tidak boleh menjatuhkan kehormatan pribadinya di depan murid dengan melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kriteria perilaku seorang guru. Perilaku guru dalam mengajar akan memengaruhi motivasi belajar pada murid. Dalam mendidik murid, seorang guru tidak boleh hanya sebatas kata-kata, melainkan harus diaplikasikan dalam bentuk perilaku, tindakan dan contoh-contoh yang baik. Karena sejatinya perilaku itu lebih mudah dan lebih banyak dicontoh daripada hanya sekedar kata-kata. Disamping itu guru yang tidak mengamalkan atas apa yang disampaikan kepada murid hanya akan merendahkan martabat dirinya di hadapan orang yang seharusnya menghormatinya dan juga diancam siksa.
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW :
مَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عَلَى قَوْمٍ تُقْرَضُ شِفَاهُهُمْ بِمَقَارِيْضَ مِنْ نَارٍ قَالَ قُلْتُ مَنْ هَؤُلاَءِ قَالُوْا خُطَبَاءُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا كَانُوْا يَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَيَنْسَوْنَ أَنْفُسَهُمْ وَهُمْ يَتْلُوْنَ الْكِتَابَ أَفَلاَ يَعْقِلُوْنَ (رواه أحمد والبيهقي وابن حبان وابن أبي الدنيا - صحيح)
Pada malam aku dijalankan (Isra` Mi’raj) aku melewati kaum yang bibir mereka digunting dengan gunting api. Aku (Nabi) bertanya, “Siapakah mereka itu wahai Jibril?” Kemudian Jibril menjawab, “(mereka) Orang-orang yang khutbah (nasehat) dari umatmu (Muhammad), memerintahkan pada manusia pada kebaikan dan mereka melupakan pada diri mereka, sedangkan mereka tergolong orang-orang yang diberi kitab, apakah mereka tidak berakal?”

2.    Mendidik sesuai dengan Keunikan dan Karakter Murid
Dalam mendidik murid, guru harus jeli memperhatikan keunikan dan karakter dari murid-muridnya yang tentunya berbeda-beda. Dengan cara kenali keunikan dan karakter masing-masing murid, guru dapat perlakukan anak didiknya dengan lebih tepat. Adapun beberapa keunikan (perbedaan) yang dimiliki murid antara lain :
a.    Perbedaan Fisik
Antara murid satu dengan yang lain tentu punya perbedaan dalam hal fisik. Terlebih yang harus diperhatikan guru adalah perbedaan fisik yang menonjol pada muridnya, seperti bentuk fisik yang tidak sempurna atau karena pengaruh etnis. Yang harus diperhatikan disini adalah guru dilarang menggunakan fisik sebagai bahan bercanda terlebih olok-olokan! Termasuk jika ada murid yang mengolok-olok atau memanggil nama temannya dengan menyangkut fisik, guru harus menegur.
Termasuk memahami perbedaan fisik, hendaknya guru tidak pilih kasih dalam menerapkan pelajaran hanya kepada yang memiliki fisik lebih sempurna, misalnya guru laki-laki cenderung lebih senang memperhatikan murid perempuan, begitupula sebaliknya. Guru harus berlaku adil pada seluruh muridnya, terlebih bagi murid yang memiliki keterbatasan fisik, tentu perhatian dari seorang guru sangat dibutuhkan.
b.    Perbedaan Kecerdasan
Kemampuan menyesuaikan penyampaian dengan tingkat kecerdasan murid adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru. Kemampuan ini sangat diperlukan karena akal dan tingkat kecerdasan setiap murid berbeda-beda. Guru hendaknya tidak mudah memberikan label negatif pada murid yang belum paham mengenai materi yang disampaikan. Terlebih mengeluarkan kata “kamu bodoh, seperti ini saja tidak bisa” termasuk menyangkut nama orang tuanya, seperti “Masak anaknya pak kyai begini saja tidak bisa”. Karena bisa jadi anak yang belum paham terhadap materi yang disampaikan bukan karena kecerdasannya yang kurang, tapi mungkin karena gurunya sendiri yang belum bisa berikan penyampaian yang baik.
Guru jangan cepat putus asa dengan kondisi murid yang memiliki kekurangan, harusnya hal seperti itu jadikan sebagai tantangan untuk mencari formula, cara terbaik agar murid yang memiliki kekurangan bisa semakin paham. Guru harus tetap optimis, husnudlan billah, jangan belum apa-apa sudah mundur dari medan laga, dengan mengatakan “ah, bagaimana bisa pinter, kalau model anak-nya saja seperti ini”. Guru yang hebat itu bukan guru yang mengajar murid yang sudah pintar, melainkan guru yang bisa mengajar murid yang belum tahu menjadi tahu, yang sudah tahu semakin tahu, dan bisa diamalkan oleh murid-muridnya.
c.     Perbedaan karakter
Secara umum, karakter yang biasa dimiliki seorang anak antara lain aktif, pemalas, semangat, mudah tersinggung, pemberani, penakut, periang, pendiam, suka ber-interaksi, menyendiri, dll. Guru harus pandai-pandai menganalisis karakter anak didiknya. Tentu saja beda karakter beda penanganannya.
d.    Perbedaan Gaya Belajar
1.    Gaya Belajar Tipe Visual
a.     Fisiologi
·  Melihat informasi dengan melihat ke atas (gerakan bola mata keatas)
·  Pandangan muka ke atas
·  Tangan bergerak di atas dada
·  Nada suara tinggi
b.    Karakteristik
·  Kata-kata yang sering dipakai : melihat, membayangkan, gambaran, dll
·  Teratur, memperhatikan segala sesuatu, memperhatikan penampilan
·  Saat komunikasi senang menatap wajah lawan bicara
·  Memperhatikan gerak-gerik lawan bicara
·  Bicara cepat, kurang suka jadi pendengar
·  Kebanyakan lupa nama orang yang dikenal, tapi ingat wajahnya
·  Berpenampilan bersih dan rapi
c.     Strategi Mengajar
·  Menggunakan warna (tidak hanya hitam)
·  Gunakan ekspresi wajah dan tubuh
·  Sering gunakan gambar-gambar
·  Menjelaskan dengan mencoret-coret
·  Menggunakan kata kerja (predikat) visual
2.    Gaya Belajar Tipe Auditori
a.     Fisiologi
·  Gerakan bola mata sejajar telinga
·  Suara jelas, punya ritme, teratur
·  Bicara sedikit lambat dibanding tipe visual
·  Pandangan muka ke depan
b.    Karakteristik
·  Peka dengan suara
·  Perhatian mudah terpecah
·  Belajar dengan mendengarkan
·  Membaca teks/menghafal dengan suara keras
·  Kata kata yang sering dipakai : mendengar, lirih, melengking, kedengarannya
·  Biasanya kurang memperhatikan lawan bicara, hanya fokus pada suara lawan bicara
·  Pendengar yang baik
·  Kebanyakan melupakan wajah orang yang ditemui, tapi hafal namanya
c.     Strategi Mengajar
·  Suara harus jelas
·  Mainkan intonasi dalam berbicara
·  Menggunakan pengulangan kata, minta anak menyebut kembali yang sudah dijelaskan
·  Sesi tanya jawab, diskusi
3.    Gaya Belajar Tipe Kinestetik
a.     Fisiologi
·  Gerakan bola mata ke arah bawah
·  Suara cenderung berat
·  Banyak gerak
·  Tubuh cenderung menunduk
b.    Karakteristik
·  Menyentuh orang yang berdiri berdekatan
·  Menunjuk tulisan saat membaca
·  Saat belajar sering menggunakan gerakan, misal : tangan menunjuk-nunjuk, bermain bolpoin
·  Kata-kata yang sering dipakai : rasanya, keras, lembut,dll
·  Ketika berkomunikasi biasanya senang melakukan gerakan
c.     Strategi Mengajar
·  Melibatkan fisik/gerakan
·  Menggunakan alat bantu / permainan
·  Membuat simulasi / praktek
·  Bermain peran
·  Menghargai anak yang melakukan gerakan

3.    Ciptakan Suasana Belajar yang Nyaman
Agar murid selalu tertarik untuk datangi majlis pengajian, guru hendaknya selalu ciptakan suasana belajar yang nyaman bagi murid-muridnya. Nyaman disini tidak harus mewah, tetapi bisa kondusif dan menyenangkan. Para guru harus kreatif memanfaatkan waktu, media dan ruang yang ada. Misalnya, saat mengajar anak-anak menggunakan media-media kreatif seperti gambar, warna, games (tanya-jawab), dan cerita. Saat mengajar remaja bisa menggunakan area terbuka / selain masjid untuk mengaji, seperti di taman, di halaman, bergilir ke rumah-rumah.
Karakter Guru juga perlu mendapat perhatian, terlebih yang perlu mendapat perhatian adalah wajah dan penampilan. Ekspresi wajah adalah salah satu cara menghidupkan komunikasi dengan anak. Wajah adalah sumber perhatian pertama ketika guru bertemu dengan anak didiknya dan pusat perhatian dalam berkomunikasi. Tataplah mata anak sebagai bentuk penghargaan baginya. Dapat dibantu dengan mata yang berbinar, senyum yang lebar, dan ucapan yang membuat anak merasa dihargai.

Guru hendaknya tidak bosan untuk terus motivasi murid-muridnya, berikan apresiasi setiap mengalami kemajuan, hindari menjatuhkan mental dan harga diri murid saat proses belajar-mengajar, tidak tunjuk hidung. Diluar kelas pun sempatkanlah berinteraksi dengan murid, jangan gengsi menegur sapa, menanyakan kabar, memberi tabungan perhatian pada murid. Sehingga jika murid sudah cocok, dekat dengan gurunya, kapanpun ada pengajian murid akan dengan senang hati mengikutinya. Adapun beberapa kiat-kiatnya bisa dilihat dan praktekkan lagi dari makalah tahun lalu Psikologi Mengaji : The art of Teaching.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


“Menjadi Pondok Pesantren Yang berkemampuan global dalam dakwah Islam sehingga mendorong Umat Islam dan umat manusia pada umumnya memiliki kehidupan Yang sejahtera berbasis agama, kejujuran, amanah, hemat dan kerja keras, rukun,kompak serta dapat bekerjasama dengan baik”.