Pautan dua cinta yang
terikat kuat antara ibu dan anak sepertinya takkan pernah putus. Tetapi
kekokohannya bukan tidak mungkin usang dan kendur. Dan selalu anak yang
mengendurkan tali cinta kasih itu. Ibu, rasanya terlalu mulia untuk dituduh
mengusangkan kekokohan pautan cinta suci yang berakar di hatinya.
Ibu tidak pernah mengumbar janji untuk menyayangi anaknya. Derai air mata dan
cucuran peluhnya jauh lebih nyaring mengatakan "sayang" ketimbang
janji manis atau bahkan omelannya ketika si anak berulah. Baginya cinta dan
sayang selalu ada untuk anak2nya, hingga ia tak perlu lagi janji, karena janji
hanya untuk sesuatu yang belum tersedia. Tetapi janji adalah suara sehari2 yang
sampai ke telinga seorang ibu dari mulut anak2-nya. Dan sering kali janji itu jauh
lebih memekakan telinga daripada menjernihkan mata karena melihat bukti dari
janji2 itu.