Jumat, 27 Desember 2013

Gaya Belajar / Mengaji santri dalam menerima ilmu


1.    Gaya Belajar Tipe Visual
a.     Fisiologi
·  Melihat informasi dengan melihat ke atas (gerakan bola mata keatas)
·  Pandangan muka ke atas
·  Tangan bergerak di atas dada
·  Nada suara tinggi
b.    Karakteristik
·  Kata-kata yang sering dipakai : melihat, membayangkan, gambaran, dll
·  Teratur, memperhatikan segala sesuatu, memperhatikan penampilan
·  Saat komunikasi senang menatap wajah lawan bicara
·  Memperhatikan gerak-gerik lawan bicara
·  Bicara cepat, kurang suka jadi pendengar
·  Kebanyakan lupa nama orang yang dikenal, tapi ingat wajahnya
·  Berpenampilan bersih dan rapi
c.     Strategi Mengajar
·  Menggunakan warna (tidak hanya hitam)
·  Gunakan ekspresi wajah dan tubuh
·  Sering gunakan gambar-gambar
·  Menjelaskan dengan mencoret-coret
·  Menggunakan kata kerja (predikat) visual
2.    Gaya Belajar Tipe Auditori
a.     Fisiologi
·  Gerakan bola mata sejajar telinga
·  Suara jelas, punya ritme, teratur
·  Bicara sedikit lambat dibanding tipe visual
·  Pandangan muka ke depan
b.    Karakteristik
·  Peka dengan suara
·  Perhatian mudah terpecah
·  Belajar dengan mendengarkan
·  Membaca teks/menghafal dengan suara keras
·  Kata kata yang sering dipakai : mendengar, lirih, melengking, kedengarannya
·  Biasanya kurang memperhatikan lawan bicara, hanya fokus pada suara lawan bicara
·  Pendengar yang baik
·  Kebanyakan melupakan wajah orang yang ditemui, tapi hafal namanya
c.     Strategi Mengajar
·  Suara harus jelas
·  Mainkan intonasi dalam berbicara
·  Menggunakan pengulangan kata, minta anak menyebut kembali yang sudah dijelaskan
·  Sesi tanya jawab, diskusi
3.    Gaya Belajar Tipe Kinestetik
a.     Fisiologi
·  Gerakan bola mata ke arah bawah
·  Suara cenderung berat
·  Banyak gerak
·  Tubuh cenderung menunduk
b.    Karakteristik
·  Menyentuh orang yang berdiri berdekatan
·  Menunjuk tulisan saat membaca
·  Saat belajar sering menggunakan gerakan, misal : tangan menunjuk-nunjuk, bermain bolpoin
·  Kata-kata yang sering dipakai : rasanya, keras, lembut,dll
·  Ketika berkomunikasi biasanya senang melakukan gerakan
c.     Strategi Mengajar
·  Melibatkan fisik/gerakan
·  Menggunakan alat bantu / permainan
·  Membuat simulasi / praktek
·  Bermain peran

·  Menghargai anak yang melakukan gerakan

Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak

1.    Mengutamakan Pendidikan Agama
Ayah-bunda yang saya muliakan, utamakanlah pendidikan agama untuk anak-anak kita. Bukan berarti mengesampingkan ilmu dunia, namun yang perlu kita ingat kembali ilmu apa yang seharusnya jadi prioritas untuk kita ajarkan dan dimiliki oleh anak. Sebagaimana diriwayatkan dalam Al-Hadits, Rasulullah SAW bersabda :
الْعِلْمُ ثَلاَثَةٌ وَمَا سِوَى ذٰلِكَ فَهُوَ فَضْلٌ آيَةٌ مُحْكَمَةٌ أَوْ سُنَّةٌ قَائِمَةٌ أَوْ فَرِيْضَةٌ عَادِلَةٌ (رواه أبو داود في كتاب الفرائض )
Ilmu (yang wajib dicari) ada tiga, selainnya adalah kefadlolan (tambahan) yaitu: ayat yang dijadikan hukum (Al-Qur`an), sunnah yang tegak (Al-Hadits) dan ilmu pembagian waris yang adil.
Oleh karena itu, Ayah-bunda yang bijaksana, jangan sampai anak-anak kita pandai dalam ilmu duniawi namun lemah dalam ilmu akhirat. Terlebih Allah SWT tidak menyukainya, sebagaimana Sabda Rasulullaah SAW :
إِنَّ اللهَ تَعاَلىَ يُبْغِضُ كُلَّ عاَلِمٍ باِلدُّنْياَ جاَهِلٍ باِلآخِرَةِ (رواه الحاكم في تاريخه والديلمي صحيح)
Sesungguhnya Allah Yang Maha Luhur murka pada tiap-tiap orang yang pandai ilmu dunia yang bodoh dalam ilmu akhirat
Adapun dalam mengutamakan pendidikan agama, yang harus dilakukan orang tua kepada anaknya, antara lain : 

a.  Memantapkan Akidahnya (Keimanannya)
Iman kepada Allah, iman kepada Malaikat-malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, iman kepada hari akhir, iman kepada qodar baik maupun buruk semua dari Allah, adalah merupakan akidah yang benar sebagai modal dasar bagi anak dalam mengarungi kehidupannya. Tanpa akidah yang kuat, anak tidak akan mampu memagari dirinya dari pengaruh-pengaruh negatif. Dengan akidah yang kuat, ketahanan keimanan anak juga akan kuat. Oleh karena itu dari sejak kecil orang tua sudah harus mengenalkan dan menumbuhkan rasa cinta kepada Allah, cinta kepada Rasulullah dan cinta kepada orang-orang yang shalih, senang dengan kisah-kisah teladan para Nabi, Shahabat Nabi dan Ulama` shalih, serta senang mendatangi majlis ilmu. Orang tua itu ibarat arsitek yang seharusnya memiliki rencana dan strategi ke depan anaknya mau dijadikan seperti apa. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
كُلُّ إِنْسَانٍ تَلِدُهُ أُمُّهُ عَلَى الْفِطْرَةِ وَأَبَوَاهُ بَعْدُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ فَإِنْ كَانَا مُسْلِمَيْنِ فَمُسْلِمٌ … الحديث (رواه مسلم في كتاب القدر)
Tiap-tiap manusia dilahirkan oleh ibunya atas fithroh (bersih dari dosa), kemudian setelah itu kedua orang tuanya lah yang menjadikan anak itu yahudi, nashroni atau majusi. Jika kedua orang tuanya islam, maka seharusnya anaknya juga islam
Tentu semua orang tua inginkan anaknya jadi anak yang sukses, bahagia dunia-akhirat. Mayoritas orang tua menganggap hal terpenting saat ini adalah memikirkan masa depan anak. Anak harus jadi dokter, tentara, polisi, pejabat dan berbagai profesi duniawi lainnya. Hal ini tidak salah, hanya saja seandainya orang tua tahu, dengan dibekali akidah sejak kecil, saat dewasa nanti bukan hanya jadi dokter, melainkan juga jadi dokter yang alim dan berjiwa penyayang; bukan hanya jadi tentara dan polisi, melainkan juga jadi tentara dan polisi yang alim dan berakhlak mulia; bukan hanya jadi pejabat, tapi juga jadi pejabat yang alim, jujur dan amanah. Otomatis jika anak sudah di tanamkan akidah dari kecil, sebagai anak yang shalih dan shalihah akan membalas budi baik dan membahagiakan orang tuanya di dunia sampai akhirat. Terlebih Allah SWT sudah memberi gambaran keutamaan memiliki anak-anak yang shalih dan shalihah. Sebagaimana dalam Firman Allah SWT :
وَالَّذِيْنَ آمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيـْمَانٍ أَلْـحَقْنَا بِـهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِيْنٌ (سورة الطور 21)
Dan orang-orang yang beriman dan anak-anaknya mengikuti mereka dengan keimanan, maka Kami akan menyusulkan anak turun mereka kepada derajat mereka di surga. Dan Kami tidak mengurangi pahala anak mereka (orang tua) sedikit pun. Setiap orang digadaikan dengan perbuatannya.
Dan Sabda Rasulullah SAW :
أَنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُوْلُ أَنَّى هٰذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَـارِ وَلَدِكَ لَكَ (رواه ابن ماجه في كتاب الأدب ، قال الشيخ الألباني: حسن)
Sesungguhnya seorang laki-laki niscaya diangkat derajatnya di surga, maka dia bertanya, ”Bagaimana ini?” Maka dijawab, ”Sebab permohonan ampunan anakmu bagimu.”
إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ (رواه مسلم في كتاب الوصية)
Ketika manusia telah meninggal, maka putuslah semua amalannya kecuali tiga perkara: shadaqah yang mengalir, ilmu yang diambil manfaatnya, dan anak shalih yang mendoakan orang tuanya.

b. Memperbaiki Akhlaknya
Sebagaimana akidah, pembinaan akhlak juga harus dilakukan sejak masa kanak-kanak. Tentu saja, pembimbing utamanya adalah orang tua. Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari pengaruh keberadaan dan tingkah laku mereka terhadap perkembangan akhlak anak mereka. Ingat! Orang tua adalah yang pertama kali mengajarkan bagaimana anak berbicara dan bersikap. Orang tua adalah yang pertama dicontoh oleh anak dalam berperilaku. Akhlak dari anak bergantung bagaimana orang tua menyiapkan dan menanamkannya. Jangan sampai orang tua hanya menyalahkan lingkungan. Memang lingkungan sangat memengaruhi anak, terutama saat remaja, hanya saja jika dari sejak kecil anak sudah berada di bawah pengawasan dan dapatkan bimbingan dari orang tua, maka saat remaja anak akan lebih mudah diarahkan

c. Rajinkan Ibadahnya
Setelah akidah dan akhlak anak kuat, orang tua selanjutnya menekankan pada aspek ibadah. Terlebih dalam hal ibadah ini yang harus diperhatikan oleh orang tua adalah shalat. Sebagaimana dicontohkan Firman Allah dalam Al-Qur’an ketika Luqman menasehati anaknya tentang shalat :
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ(سورة لقمان 17)
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk tetapnya perkara.
Bahkan Rasulullaah SAW sendiri mengingatkan orang tua untuk mengajari anaknya shalat, sebagaimana Sabda Rasulullaah SAW :
مُرُوا الصَّبِىَّ بِالصَّلاَةِ إِذَا بَلَغَ سَبْعَ سِنِيْنَ وَإِذَا بَلَغَ عَشْرَ سِنِيْنَ فَاضْرِبُوْهُ عَلَيْهَا (رواه أبو داود – حسن صحيح)
Perintahlah anak kecil untuk (mengerjakan) shalat ketika telah berumur 7 tahun, dan ketika telah berumur 10 tahun maka pukullah dia karena meninggalkan shalat.

Selain mengajarkan dan memperhatikan ibadah shalat dan ibadah wajib lainnya, orang tua hendaknya juga mengajarkan anak untuk mencintai dan menjalani sunnah Rasulullah, menanamkan kecintaan untuk membaca Al-Qur’an, hobi mengaji, senang mendengarkan nasehat, termasuk juga senang bersedekah dan membantu orang lain. Sekali lagi, orang tua juga harus memberikan contoh dan disiplinkan ibadahnya terlebih dahulu.
2.    Tidak Membiarkan Anak Berkembang Sendirian
Ayah-bunda yang saya banggakan, saat ini ada orang tua yang salah dalam mempraktekkan ilmu psikologi / parenting skill, dimana banyak buku, banyak pembicara yang mengatakan “biarkan anak kita memilih jalan hidupnya sendiri”. Kalau anak-anak bisa memilih jalan hidupnya sendiri apa bedanya kita dengan binatang? Justru anak manusia diberikan Allah SWT kepada kita, untuk dibimbing dan diarahkan.
Dalam urusan dunia memang sebaiknya orang tua mengarahkan (bukan membiarkan) anak untuk berkembang sesuai minat bakatnya, orang tua tidak bisa memaksakan kehendak. Contoh: Punya anak laki-laki dari kecil senang otak-atik motor, kemudian orang tuanya mengarahkan ke jurusan otomotif bukan jurusan tata-boga. Sedangkan dalam urusan akhirat tidak bisa ditawar lagi, apapun minat bakat anak, semua berkewajiban untuk ibadah.
Tidak semua apa yang dijelaskan dalam ilmu psikologi itu selalu tepat, terlebih kita sebagai umat Islam harus pandai menyaring, mana yang bisa kita pergunakan. Orang tua punya kewajiban dalam mendampingi dan mengarahkan anak-anaknya, karena kelak kita sebagi orang tua akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat, sebagaimana Sabda Rasulullaah SAW :
... وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُوْلَةٌ عَنْهُمْ  (رواه مسلم في كتاب الإمارة)
Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarga dan akan ditanya tentang mereka, begitupula seorang perempuan (istri) adalah pemimpin/penjaga atas rumah suaminya dan anak suaminya  dan dia akan ditanya tentang mereka.
3.    Membiayai Pendidikan
Ayah-bunda yang saya sayangi, anak adalah aset bagi orang tua, anak adalah investasi berharga bagi orang tua. Oleh karena itu agar anak-anak kita bisa berhasil dunia-akhiratnya dibutuhkan dukungan biaya. Yang perlu ayah-bunda ketahui, pembiayaan pendidikan disini bukan hanya serta merta pendidikan duniawi saja (sekolah), melainkan dukungan biaya dalam hal pendidikan agama harus lebih diperhatikan. Misalnya saja : membelikan kitab (Al-Qur’an dan Al-Hadits) untuk anaknya, membelikan perlengkapan mengaji, membelikan alat-alat ibadah, termasuk bagi yang diberi kemampuan finansial lebih bisa ikut shodaqoh, membantu peningkatan sarana-prasarana di tempat anaknya mengaji.
4.    Meluangkan waktu
Ayah-bunda yang saya cintai, perhatian orang tua kepada anaknya tidaklah hanya serta-merta berupa materi melainkan orang tua bisa luangkan waktunya untuk anak dan keluarganya. Apalah artinya bekerja dari pagi sampai malam, jika pada akhirnya waktu berkumpul bersama anak dan keluarga tidak ada.
Meluangkan waktu disini tidak harus sehari penuh, 1 jam yang bermanfaat dan berkualitas itu lebih baik daripada berjam-jam yang tidak bermanfaat. Meluangkan waktu disini bisa dimanfaatkan untuk ajari anak mengaji, nasehat, bermusyawarah keluarga, bertanya tentang kegiatan anak sehari-hari, bercengkrama, bermain bersama. Kelak anak akan bersyukur jika memiliki orang tua yang banyak meluangkan waktu untuk bersama dan mendidik anaknya.
5.    Membangun Komunikasi dengan Guru

Ayah-Bunda yang budiman, selanjutnya dalam rangka perhatian kita kepada pendidikan anak-anak kita, komunikasi dengan guru sangat dibutuhkan. Sebagai orang tua hendaknya terbuka kepada guru tentang kondisi anaknya, agar guru dapat perlakukan anak sesuai dengan kondisinya. Begitu pula orang tua hendaknya syukuri informasi yang didapatkan dari guru tentang anaknya, apabila guru melaporkan perkembangan yang tidak baik, orang tua hendaknya tidak merasa dijatuhkan, dijelek-jelekkan, justru malah disyukuri terlebih dulu berarti masih ada kesempatan untuk membina dan merubah anaknya menjadi lebih baik. 
sumber : Psikologi mengaji, Mas Akmaludin Akbar

Peran Guru / Ustadz dalam Mendidik Siswa / santri

1.    Menanamkan Kefahaman dan Menjadi Teladan Bagi Murid
Tujuan dari pendidikan bukan hanya transfer ilmu, membuat murid pandai menghafal, pandai menulis, pandai membaca melainkan juga harus ada perubahan tingkah laku murid menjadi lebih baik. Oleh karena itu di dalam mendidik murid, guru harus benar-benar tanamkan kefahaman pada murid. Jangan menambah materi jika murid belum faham betul dengan yang disampaikan.
Selain itu dibutuhkan guru yang miliki kepribadian yang luhur dan mulia agar dapat menjadi teladan bagi muridnya. Guru adalah pihak kedua setelah orang tua dan keluarga yang paling banyak berinteraksi dengan murid. Guru sangat berpengaruh dalam perkembangan seorang murid. Terlebih sebagai makhluk sosial seorang murid memiliki kecenderungan untuk mencontoh.
Oleh karena itu seorang guru tidak boleh menjatuhkan kehormatan pribadinya di depan murid dengan melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kriteria perilaku seorang guru. Perilaku guru dalam mengajar akan memengaruhi motivasi belajar pada murid. Dalam mendidik murid, seorang guru tidak boleh hanya sebatas kata-kata, melainkan harus diaplikasikan dalam bentuk perilaku, tindakan dan contoh-contoh yang baik. Karena sejatinya perilaku itu lebih mudah dan lebih banyak dicontoh daripada hanya sekedar kata-kata. Disamping itu guru yang tidak mengamalkan atas apa yang disampaikan kepada murid hanya akan merendahkan martabat dirinya di hadapan orang yang seharusnya menghormatinya dan juga diancam siksa.
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW :
مَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عَلَى قَوْمٍ تُقْرَضُ شِفَاهُهُمْ بِمَقَارِيْضَ مِنْ نَارٍ قَالَ قُلْتُ مَنْ هَؤُلاَءِ قَالُوْا خُطَبَاءُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا كَانُوْا يَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَيَنْسَوْنَ أَنْفُسَهُمْ وَهُمْ يَتْلُوْنَ الْكِتَابَ أَفَلاَ يَعْقِلُوْنَ (رواه أحمد والبيهقي وابن حبان وابن أبي الدنيا - صحيح)
Pada malam aku dijalankan (Isra` Mi’raj) aku melewati kaum yang bibir mereka digunting dengan gunting api. Aku (Nabi) bertanya, “Siapakah mereka itu wahai Jibril?” Kemudian Jibril menjawab, “(mereka) Orang-orang yang khutbah (nasehat) dari umatmu (Muhammad), memerintahkan pada manusia pada kebaikan dan mereka melupakan pada diri mereka, sedangkan mereka tergolong orang-orang yang diberi kitab, apakah mereka tidak berakal?”

MANFAAT AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR

Dengan kita melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar akan mendapat beberapa manfaat dan pahala, diantaranya:
1. Menjadi orang-orang yang beruntung dan mendapat rahmat dari Allah.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُوْنَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ (سورة أل عمران 104)
Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan (Islam), memerintah kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Merekalah orang-orang yang beruntung.
2. Terhapusnya beberapa dosa.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَجَارِهِ، تُكَفِّرُهَا الصَّلاَةُ، وَالصَّدَقَةُ، وَالأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ، وَالنَّهْيُ عَنِ الْمـُنْكَرِ ... الحديث (رواه البخاري في كتاب المناقب عن حذيفة)
Fitnahnya seorang laki-laki di dalam istrinya, hartanya, anaknya dan tetangganya. Menghapus kepadanya adalah  shalat, shodaqoh, amar ma’ruf dan nahi  mungkar.
3. Mendapat pahala sebagaimana pahala orang yang mengikuti ajakannya.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اْلإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا (رواه أبو داود في كتاب السنة عن أبى هريرة، صحيح)
Barang siapa yang mengajak (manusia) pada hidayah maka baginya pahala sebanyak pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun, dan barang siapa yang mengajak (manusia) pada kesesatan maka dia mendapatkan dosa sebanyak dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.
4. Mendapat pahala yang nilainya lebih besar daripada mendapatkan unta merah (kendaraan yang paling mahal pada zaman Rasulullah SAW).
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW pada Ali bin Abi Thalib:
... فَوَاللهِ لأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ (رواه البخاري في كتاب الجهاد والسير عن سهل بن سعد)

Demi Allah niscaya bahwasanya Allah memberi hidayah sebab engkau (Ali bin Abi Thalib) pada seorang laki-laki, itu lebih baik bagimu daripada kamu mendapatkan merahnya ternak (unta merah).

Upaya Menjadi Muballigh yang Berkualitas

Ada beberapa hal penting yang harus dilaksanakan untuk menjadi seorang muballigh yang berkualitas antara lain:
  1. Selalu berusaha meningkatkan ilmunya. Mencari ilmu tidak ada batasnya sebagaimana ungkapan dalam bahasa Arab:  اطْلُبُوا الْعِلْمَ مِنَ اْلـمَهْدِ إِلَى اللَّحْد Carilah ilmu mulai dari lahir sampai mati . Dalam mengaji tentu tidak hanya sebatas khatam saja namun lebih dari itu, ilmu yang telah diterima bisa difahami dan dihayati. Maka ketika mengaji harus selalu berusaha untuk serius dan memperhatikan apa yang disampaikan oleh gurunya, telaten mencatat makna dan keterangan serta contoh-contohnya.
  2. Rajin nderes ilmu yang telah dimanqulkan..Nderes Qur`an Hadits adalah merupakan cara efektif agar ilmu yang telah diperolehnya selalu diingat dan difahami. Nderes ibarat mengasah pisau, pisau kalau diasah terus-menerus maka akan semakin tajam. Demikian juga apabila muballigh sering nderes ilmunya maka akan semakin bisa memahami isi Qur`an Hadits dan tidak mudah terlupakan.
  3. Tawadlu’ dan tidak sombong. Semakin banyak ilmu yang dimiliki, seorang muballigh seharusnya semakin tawadlu’/andhap asor, tetap istiqomah, sambung jama’ahnya tertib, bisa menjadi suri tauladan bagi jama’ah, bisa ta’dhim kepada yang berhak dita’dhimi, tidak meremehkan dan tidak sombong. Jangan sampai terjadi seorang muballigh yang menguasai Al-Qur`an 30 juz dan hadits kutubussittah akan tetapi jarang sambung, bila datang mengaji yang dikaji kitab himpunan ia tidak memperhatikan, ngomong sendiri bahkan pulang lebih dahulu karena merasa lebih pol ilmunya, meremehkan ijtihad keimaman seperti dilarang membaca buku karangan yang bisa mempengaruhi dan mengubah kefahaman, tetapi tetap membaca bahkan membeli dengan alasan untuk menambah wawasan keilmuannya. Berarti meskipun ia seorang muballigh tidak bisa mengamalkan ilmunya karena meremehkan ijtihad keimaman.
  4. Meningkatkan taqarrub Ilallah. Sebagai Muballigh agar terjaga keilmuannya dan bisa konsisten mengamalkan Qur`an Hadits supaya lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan cara seperti; memperbanyak do’a, membaca Al-Qur’an, banyak dzikir, shalat malam, bergaul dengan orang shalih sehingga terhindar dari pelanggaran dan kemaksiatan. 

SEKILAS INFO SANTRI BARU 2014

Disampaikan kepada calon santriwan-santriwati, orang tua santri, dan masyarakat luas, bahwa Pondok Pesantren Gadingmangu, akan segera kembali menerima santri baru, untuk Tahun Pelajaran 2014 / 2015.
Pendaftaran dibuka mulai hari Sabtu, 1 Maret 2014 dan ditutup bila quota telah terpenuhi, dengan syarat :

Doa, Pintu Gerbang Keberhasilan

Doa adalah salah satu modal besar yang saya punya dalam meraih segala keberhasilan hidup. Doa adalah energi yang telah mensinergikan pikiran, hati, dan tindakan pada satu titik keyakinan yang mengantarkan saya menjadi pribadi yang lebih baik dan berhasil. (Rona Binham)

Masalah adalah "kekasih manusia" yang akan selalu setia mendampingi kita kapan dan di mana saja. Jangan pernah menyuruh masalah pergi karena masalah tidak akan pergi, yang bisa kita lakukan hanya satu bagaimana upaya kita menyiapkan diri jika sewaktu-waktu masalah itu muncul.
Sering saya menyaksikan ada orang yang mengeluh hidupnya susah tidak pernah senang, ada juga yang mengeluh usaha yang dilakukan selalu gagal; yang lain juga begitu, mengeluh karena bingung tidak tahu harus menentukan langkah dan masih banyak lagi keluhan masalah yang ada. Inti dari yang mereka keluhkan apa sih? Mereka ingin keluar dari masalah-masalah tersebut dan meraih keberhasilan yang mereka idam-idamkan.

NGAJI BERSAMA CAK EMIR ...II

Diinformasikan kepada seluruh alumni SMA Budi Utomo Perak, bahwa pengajian umum pada tahun ini, insyaalloh akan diselenggarakan di Masijid luhur, Aula mashur dan ruang kelas, pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 18 - 19 Januari 2014. Pengajian umum diselenggarakan sebagai upaya disamping untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaaan kita...ibarat aki perlu di charge...biar tidak low batt..., juga untuk sarana amar makruf gitu..., juga untuk mensikapi pergantian tahun yang semakin lama dunia semakin canggih di bidang teknologi, namun lebih runyam dalam pembinaan agama, terutama untuk generasi muda....seperti kita kita ini. 
Pemateri sudah nggak asing lagi bagi kita, mubaligh internasional kita...mas Emir atau lebih familier dipangging Cak Emir...ayo para alumni ...disamping untuk nambah kefahaman..juga untuk kangen-kangenan dengan Gading tercinta...mengenang memori masa-masa indah di SMA kita gitu...bersama cucu-cucunya...eh ..maksudnya putra-putrinya ....atau ......sampai jumpa di menara gading ...

“Menjadi Pondok Pesantren Yang berkemampuan global dalam dakwah Islam sehingga mendorong Umat Islam dan umat manusia pada umumnya memiliki kehidupan Yang sejahtera berbasis agama, kejujuran, amanah, hemat dan kerja keras, rukun,kompak serta dapat bekerjasama dengan baik”.