1. Menanamkan
Kefahaman dan Menjadi Teladan Bagi Murid
Tujuan dari pendidikan bukan hanya transfer ilmu,
membuat murid pandai menghafal, pandai menulis, pandai membaca melainkan juga
harus ada perubahan tingkah laku murid menjadi lebih baik. Oleh karena
itu di dalam mendidik murid, guru harus benar-benar tanamkan kefahaman pada
murid. Jangan menambah materi jika murid belum faham betul dengan yang disampaikan.
Selain itu dibutuhkan guru yang miliki kepribadian yang
luhur dan mulia agar dapat menjadi teladan bagi muridnya. Guru adalah pihak
kedua setelah orang tua dan keluarga yang paling banyak berinteraksi dengan
murid. Guru
sangat berpengaruh dalam perkembangan seorang murid. Terlebih sebagai makhluk
sosial seorang murid memiliki kecenderungan untuk mencontoh.
Oleh
karena itu seorang guru tidak boleh menjatuhkan kehormatan pribadinya di depan
murid dengan melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kriteria perilaku
seorang guru. Perilaku guru dalam mengajar akan
memengaruhi motivasi belajar pada murid. Dalam mendidik murid, seorang guru
tidak boleh hanya sebatas kata-kata, melainkan harus diaplikasikan dalam bentuk
perilaku, tindakan dan contoh-contoh yang baik. Karena sejatinya perilaku itu
lebih mudah dan lebih banyak dicontoh daripada hanya sekedar kata-kata.
Disamping itu guru yang tidak mengamalkan atas apa yang disampaikan kepada
murid hanya akan merendahkan martabat dirinya di hadapan
orang yang seharusnya menghormatinya dan juga diancam siksa.
Sebagaimana
Sabda Rasulullah SAW :
مَرَرْتُ
لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عَلَى قَوْمٍ تُقْرَضُ شِفَاهُهُمْ بِمَقَارِيْضَ مِنْ
نَارٍ قَالَ قُلْتُ مَنْ هَؤُلاَءِ قَالُوْا خُطَبَاءُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا
كَانُوْا يَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَيَنْسَوْنَ أَنْفُسَهُمْ وَهُمْ
يَتْلُوْنَ الْكِتَابَ أَفَلاَ يَعْقِلُوْنَ (رواه أحمد والبيهقي وابن حبان وابن
أبي الدنيا - صحيح)
Pada malam aku
dijalankan (Isra` Mi’raj) aku melewati kaum yang bibir mereka digunting dengan
gunting api. Aku (Nabi) bertanya, “Siapakah mereka itu wahai Jibril?” Kemudian
Jibril menjawab, “(mereka) Orang-orang yang khutbah (nasehat) dari umatmu
(Muhammad), memerintahkan pada manusia pada kebaikan dan mereka melupakan pada
diri mereka, sedangkan mereka tergolong orang-orang yang diberi kitab, apakah
mereka tidak berakal?”
2.
Mendidik sesuai dengan Keunikan dan
Karakter Murid
Dalam
mendidik murid, guru harus jeli memperhatikan keunikan dan karakter dari
murid-muridnya yang tentunya berbeda-beda. Dengan cara kenali keunikan dan
karakter masing-masing murid, guru dapat perlakukan anak didiknya dengan
lebih tepat. Adapun beberapa keunikan (perbedaan) yang dimiliki murid antara
lain :
a. Perbedaan
Fisik
Antara murid satu dengan yang lain tentu punya perbedaan
dalam hal fisik. Terlebih yang harus diperhatikan guru adalah perbedaan fisik
yang menonjol pada muridnya, seperti bentuk fisik yang tidak sempurna atau
karena pengaruh etnis. Yang harus diperhatikan disini adalah guru dilarang menggunakan fisik sebagai bahan bercanda terlebih
olok-olokan! Termasuk jika ada
murid yang mengolok-olok atau memanggil nama temannya dengan menyangkut fisik,
guru harus menegur.
Termasuk memahami perbedaan fisik, hendaknya guru tidak
pilih kasih dalam menerapkan pelajaran hanya kepada yang memiliki fisik lebih
sempurna, misalnya guru laki-laki cenderung lebih senang memperhatikan murid
perempuan, begitupula sebaliknya. Guru harus berlaku adil pada seluruh
muridnya, terlebih bagi murid yang memiliki keterbatasan fisik, tentu perhatian
dari seorang guru sangat dibutuhkan.
b. Perbedaan
Kecerdasan
Kemampuan menyesuaikan penyampaian dengan tingkat
kecerdasan murid adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru.
Kemampuan ini sangat diperlukan karena akal dan tingkat kecerdasan setiap murid
berbeda-beda. Guru hendaknya tidak mudah memberikan label negatif pada murid
yang belum paham mengenai materi yang disampaikan. Terlebih mengeluarkan kata “kamu
bodoh, seperti ini saja tidak bisa” termasuk menyangkut nama orang tuanya,
seperti “Masak anaknya pak kyai begini saja tidak bisa”. Karena bisa
jadi anak yang belum paham terhadap materi yang disampaikan bukan karena
kecerdasannya yang kurang, tapi mungkin karena gurunya sendiri yang belum bisa
berikan penyampaian yang baik.
Guru
jangan cepat putus asa dengan kondisi murid yang memiliki kekurangan, harusnya
hal seperti itu jadikan sebagai tantangan untuk mencari formula, cara
terbaik agar murid yang memiliki kekurangan bisa semakin paham. Guru harus
tetap optimis, husnudlan billah, jangan belum apa-apa sudah
mundur dari medan laga, dengan mengatakan “ah, bagaimana bisa pinter, kalau
model anak-nya saja seperti ini”. Guru yang hebat itu bukan guru yang
mengajar murid yang sudah pintar, melainkan guru yang bisa mengajar murid yang
belum tahu menjadi tahu, yang sudah tahu semakin tahu, dan bisa diamalkan oleh
murid-muridnya.
c. Perbedaan
karakter
Secara umum, karakter yang biasa dimiliki seorang anak
antara lain aktif, pemalas, semangat, mudah tersinggung, pemberani, penakut,
periang, pendiam, suka ber-interaksi, menyendiri, dll. Guru harus pandai-pandai
menganalisis karakter anak didiknya. Tentu saja beda karakter beda
penanganannya.
d. Perbedaan
Gaya Belajar
1. Gaya
Belajar Tipe Visual
a. Fisiologi
· Melihat
informasi dengan melihat ke atas (gerakan bola mata keatas)
· Pandangan
muka ke atas
· Tangan
bergerak di atas dada
· Nada
suara tinggi
b. Karakteristik
· Kata-kata
yang sering dipakai : melihat, membayangkan, gambaran, dll
· Teratur,
memperhatikan segala sesuatu, memperhatikan penampilan
· Saat
komunikasi senang menatap wajah lawan bicara
· Memperhatikan
gerak-gerik lawan bicara
· Bicara
cepat, kurang suka jadi pendengar
· Kebanyakan
lupa nama orang yang dikenal, tapi ingat wajahnya
· Berpenampilan
bersih dan rapi
c. Strategi
Mengajar
· Menggunakan warna (tidak hanya hitam)
· Gunakan
ekspresi wajah dan tubuh
· Sering
gunakan gambar-gambar
· Menjelaskan
dengan mencoret-coret
· Menggunakan
kata kerja (predikat)
visual
2. Gaya
Belajar Tipe Auditori
a. Fisiologi
· Gerakan
bola mata sejajar telinga
· Suara
jelas, punya ritme, teratur
· Bicara
sedikit lambat dibanding tipe visual
· Pandangan
muka ke depan
b. Karakteristik
· Peka
dengan suara
· Perhatian
mudah terpecah
· Belajar
dengan mendengarkan
· Membaca
teks/menghafal dengan suara keras
·
Kata kata yang sering dipakai : mendengar,
lirih, melengking, kedengarannya
· Biasanya
kurang memperhatikan lawan bicara, hanya fokus pada suara lawan bicara
· Pendengar
yang baik
· Kebanyakan
melupakan wajah orang yang ditemui, tapi hafal namanya
c. Strategi
Mengajar
· Suara
harus
jelas
· Mainkan
intonasi dalam berbicara
· Menggunakan pengulangan kata, minta anak
menyebut kembali yang sudah dijelaskan
· Sesi
tanya jawab, diskusi
3. Gaya
Belajar Tipe Kinestetik
a. Fisiologi
· Gerakan
bola mata ke arah bawah
· Suara
cenderung berat
· Banyak
gerak
· Tubuh
cenderung menunduk
b. Karakteristik
· Menyentuh
orang yang berdiri berdekatan
· Menunjuk
tulisan saat membaca
· Saat
belajar sering menggunakan gerakan, misal : tangan menunjuk-nunjuk, bermain
bolpoin
· Kata-kata
yang sering dipakai : rasanya, keras, lembut,dll
· Ketika
berkomunikasi biasanya senang melakukan gerakan
c. Strategi
Mengajar
· Melibatkan
fisik/gerakan
· Menggunakan
alat bantu / permainan
· Membuat
simulasi / praktek
· Bermain
peran
· Menghargai
anak yang melakukan gerakan
3. Ciptakan
Suasana Belajar yang Nyaman
Agar
murid selalu tertarik untuk datangi majlis pengajian, guru hendaknya selalu ciptakan
suasana belajar yang nyaman bagi murid-muridnya. Nyaman disini tidak harus mewah,
tetapi bisa kondusif dan menyenangkan. Para guru harus kreatif memanfaatkan
waktu, media dan ruang yang ada. Misalnya, saat mengajar anak-anak menggunakan
media-media kreatif seperti gambar, warna, games (tanya-jawab), dan
cerita. Saat mengajar remaja bisa menggunakan area terbuka / selain masjid
untuk mengaji, seperti di taman, di halaman, bergilir ke rumah-rumah.
Karakter Guru juga perlu mendapat perhatian, terlebih
yang perlu mendapat perhatian adalah wajah dan penampilan. Ekspresi wajah
adalah salah satu cara menghidupkan komunikasi dengan anak. Wajah adalah sumber
perhatian pertama ketika guru bertemu dengan anak didiknya dan pusat perhatian
dalam berkomunikasi. Tataplah mata anak sebagai bentuk penghargaan baginya.
Dapat dibantu dengan mata yang berbinar, senyum yang lebar, dan ucapan yang
membuat anak merasa dihargai.
Guru
hendaknya tidak bosan untuk terus motivasi murid-muridnya, berikan apresiasi
setiap mengalami kemajuan, hindari menjatuhkan mental dan harga diri murid saat
proses belajar-mengajar, tidak tunjuk hidung. Diluar kelas pun sempatkanlah
berinteraksi dengan murid, jangan gengsi menegur sapa, menanyakan kabar,
memberi tabungan perhatian pada murid. Sehingga jika murid sudah cocok, dekat
dengan gurunya, kapanpun ada pengajian murid akan dengan senang hati
mengikutinya. Adapun beberapa kiat-kiatnya bisa dilihat dan praktekkan lagi
dari makalah tahun lalu Psikologi Mengaji : The art of Teaching.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar