Sifat-sifat seorang Da’i
a. Iman dan taqwa kepada Allah
Syarat kepribadian seorang da’I yang terpenting adalah
iman dan taqwa kepada Allah. Oleh karena ia di dalam membawa missi dakwahnya
diharuskan terlebih dahulu dirinya sendiri dapat memerangi hawa nafsunya,
sehingga diri pribadi ini lebih taat kpada Allah dan Rasulnya dibandingkan
dengan sasaran dakwahnya. Kalau tidak laksana lampu yang menerangi (memberi
penerangan) kepada seluruh manusia, padahal ia sendiri terbakar oleh api. Sifat
ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 44:
* tbrâßDù's?r& }¨$¨Y9$# ÎhÉ9ø9$$Î/ tböq|¡Ys?ur öNä3|¡àÿRr& öNçFRr&ur tbqè=÷Gs? |=»tGÅ3ø9$# 4 xsùr&t bqè=É)÷ès? ÇÍÍÈ
Artinya: “mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,
sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al
kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?:
Sifat ini sangat penting, sebab seorang da’I tanpa
memiliki sifat iman dan taqwa, janganlah diharapkan untuk keberhasilannya dalam
berdakwah. Dan kesimpulan ayat di atas bahwa seseorang yang berdakwah kepada
orang lain, sedangkan diri sendiri belum iman dan taqwa kepada Allah, laksana
ia menipu Allah dan orang mukmin.
b. Tulus ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan diri pribadi.
Nilai yang tulus tanpa pamrih duniyawiyah belaka,
salah satu sarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang da’i. sebab dakwah
adalah pekerjaan yang bersifat ubudiyah atau terkenal dengan istilah hablullah,
yakni amal perbuatan yang berhubungan dengan Allah.
Sifat ini sangat menentukan keberhasilan dakwah.
Memang ikhlas adalah perbuatan hati, oleh karena itu seorang da’I di dalam
membawa missi dakwahnya terhadap masyarakat.[5]
Satu hal yang paling perlu diperhatikan dalam
keberhasilan dakwah adalah keikhlasan hanya mengharapka ridho Allah dan
mengharap kebahagiaan yang telah Allah janjikan untuk para wali dan
hamba-hambanya yang bertaqwa.
Sesuatu yang amat ditekankan dan diwajibkan atas
seseorang da’i adalah menggantungkan pahala dan ganjaran atas dakwahnya kepada
Allah semata. Dalam berdakwah, Allah tidak menilai bagusnya atau jeleknya,
tidak pula keturunan dan kedudukannya. Dakwah dinilai dengan hati dan
kebaikannya, dengan ketergantungan kepada Allah, pahala yang dia harapkan, dan
perasaan takut kepada siksanya. Allah Swt telah berfirman:
`s9 tA$uZt ©!$# $ygãBqçté: wur $ydät!$tBÏ `Å3»s9ur ã&è!$uZt 3uqø)G9$# öNä3ZÏB 4 y7Ï9ºxx. $ydt¤y ö/ä3s9 (#rçÉi9s3çGÏ9 ©!$# 4n?tã $tB ö/ä31yyd 3 ÎÅe³o0ur úüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÌÐÈ
Artinya:”Daging-daging unta dan
darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi
ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.”(Al-Hajj:37).
Dalam ayat diatas, Allah telah menyebutkan
bahwa amal perbuatan seseorang hamba tidak akan bermanfaat kecuali dibarengi
dengan taqwa dan ikhlas.[6]
Dengan ilmu seorang da’i mengetahui arah
tujuan yang benar, sedangkan tanpa ilmu, seorang da’i akan mendatangkan bahaya
besar bagi agama dan umat. Ada beberapa alasan yang menunjukkan
keagungan dan keutamaan ilmu agama, khususnya bagi seorang da’i, diantaranya:[7]
1) Sesungguhnya Allah memeritahkan Nabi-Nya diawal perintah-Nya. Allah
berfirman:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ
Artinya: “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan”(Al-Alaq:1)
Demikian juga Allah telah menyebut
anugerah-Nya atas seluruh makhluk-Nya dengan mengutus kepada mereka seorang
utusan yang mengajar dan membimbing mereka. Allah berfirman:
uqèd Ï%©!$# y]yèt/ Îû z`¿ÍhÏiBW{$# Zwqßu öNåk÷]ÏiB (#qè=÷Ft öNÍkön=tã ¾ÏmÏG»t#uä öNÍkÏj.tãurãNßgßJÏk=yèãur |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur bÎ)ur (#qçR%x. `ÏB ã@ö6s% Å"s9 9@»n=|Ê &ûüÎ7B ÇËÈ
Artinya: “Dia-lah yang mengutus
kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan
ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan
hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan
yang nyata”(QS. Al-Jumuah:2)
2) Sesungguhnya Allah mengumpamakan orang yang bodoh seperti orang yang tidak
dapat melihat apa-apa. Sebagaimana firman Allah:
* `yJsùr& ÞOn=÷èt !$yJ¯Rr& tAÌRé& y7øs9Î) `ÏB y7Îi/¢ ,ptø:$# ô`yJx. uqèd #yJôãr& 4 $oÿ©VÎ) ã©.xtGt(#qä9'ré& É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÈ
Artinya: “Adakah orang yang
mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama
dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat
mengambil pelajaran”(Ar-Rad:19)
3) Sesungguhnya Allah memerinthakan untuk kembali (bertanya) agar dapat
mengetahui dan mengamalkan kebenaran. Sebagaimana firman Allah:
#sÎ)ur öNèduä!%y` ÖøBr& z`ÏiB Ç`øBF{$# Írr& Å$öqyø9$# (#qãã#sr& ¾ÏmÎ/ ( öqs9ur çnru n<Î) ÉAqߧ9$##n<Î)ur Í<'ré& ÌøBF{$# öNåk÷]ÏB çmyJÎ=yès9 tûïÏ%©!$# ¼çmtRqäÜÎ7/ZoKó¡o öNåk÷]ÏB 3 wöqs9ur ã@ôÒsù «!$#öNà6øn=tã ¼çmçGuH÷quur ÞOçF÷èt6¨?]w z`»sÜø¤±9$# wÎ) WxÎ=s% ÇÑÌÈ
Artinya: “Dan apabila datang
kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu
menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di
antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan
dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil Amri)[323]. kalau tidaklah
Karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan,
kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” (Q.S. An-Nisa: 83).
4) Sesungguhnya Allah maha tinggi dan maha luhur telah memberikan kedudukan
yang sangat agung kepada para ulama. Kemuliaan ini disebabkan karena mereka
memiliki ilmu dan memberi petunjuk kepada umat manusia. Allah berfirman tentang
orang-ornag yang berilmu:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9 ( #sÎ)ur @Ï% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya: “Hai orang-orang beriman
apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis",
Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
c. Ramah dan penuh pengertian
Dakwah adalah pekerjaan yang bersifat propaganda
kepada orang lain. Propaganda dapat diterima orang lain, apabila yang
mempropagandakan berlaku ramah, sopan dan ringan tangan untuk melayani
sasarannya (objeknya). Tak ubahnya dalam dunia dakwah, jika seseorang da’I
mempunyai kepribadian yang menarik, karena keramahan, kesopanan dan
keringanan-keringanannya insya Allah akan berhasil dakwahnya. Sebaliknya jika
mem[unyai kepribadian yang tidak menarik atau membosankan karena sifat yang
tidak menarik hati tentulah pekerjaan kecil kemungkinannya dapt berhasil.[8] Seperti firman Allah surat Ali-Imran ayat 159:
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $àsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]wô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ÍöDF{$# ( #sÎ*sù |MøBztãö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.
Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah
lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.
d. Tawadlu’ (Rendah Diri)
Rendah hati bukankah semata-mata merasa dirinya
terhina dibandingkan dengan derajat dan martabat orang lain, akan tetapi
tawadlu’ seorang da’I adalah tawadlu’ yang berarti sopan dalam pergaulan, tidak
sombong dan tidak suka menghina dan mencela orang lain, dengan kata lain
tawadlu’ adalah andap asor (dalam bahasa jawa).
e. Sederhana
Kesederhanaan adalah pangkal keberhasilan dakwah.
Sederhana bukanlah berarti didalam kehidupan sehari-hari selalu ekonomis dalam
memenuhi kebutuhannya, akan tetapi sedehana disini adalah tidak
bermegah-megahan, angkuh dsb. Sehingga dengan sifat sederhana ini orang tidak
merasa segan, takut kepadanya.
f. Jujur
Kejujuran adalah penguatnya. Orang akan percaya
terhadap segala ajakannya, apabila yang mengajak sendiri dapat dipercaya tidak
pernah menyelisihi apa yang dikatakan. Sebagaimana Rasulullah seorang pembawa
agama (da’i) memiliki beberapa sifat utama, diantaranya adalah shidiq (jujur),
amanah (dapat dipercaya).
g. Tidak memiliki sifat egoisme
Ego adalah suatu watak yang menonjolkan akunya, angkuh
dalam pergaulan merasa dirinya terhormat, lebih pandai dsb. Sifat inilah yang
harus benar-benar dijauhi oleh sang juru dakwah.
h. Sifat anthusiasme (semangat)
Semangat berjuang harus dimiliki oleh seseorang da’I,
sebab dengan sifat anthusias orang ini akan terhindar dari rasa putus asa,
kecewa dsb. Sifat-sifat ini tentu dimiliki setiap rasul, dimana dalam
memperjuangkan agama Allah beliau tanpa putus asa meskipun terdapat berbagai
corak cobaan , gangguan dan godaan yang menghalanginya. Begitu pula seorang
da’I penerus perjuangan Rasulullah, pewaris para ulama’ sifat anthusias
haruslah dimilikinya, meskipun cobaan dan kegagalan sering melandanya.
i. Sabar dan Tawakkal
Dakwah adalah melaksanakan perintah Allah, yang
diwajibkan ke seluruh umat. Dan Allah sekali-kali tidak mewajibkan kepada
umat-Nya untuk selalu berhasil dalam perjuangan dakwahnya. Oleh karena itu
apabila di dalam menunaikan tugas berdakwah mengalami beberapa hambatan dan
cobaan. Hendaklah sabar dan tawakkalkepada Allah. Sesungguhnya orang yang sabar
dan tawakal adalah perbuatan yang disukai Allah.
Sabar adalah bagian yang teramat penting yang harus
dimiliki da’i yang menginginkan keberhasilan dalam dakwahnya. Karena, dalam
menerima dakwah, manusia itu sendiri itu berbeda pemahaman. Sabar itu memiliki
pengaruh yang besar dalam jiwa manusia. Allah memberikan kepada orang yang
lemah lembut dan sabar apa yang [9]tidak diberikan kepada orang yang suka berkeluh kesah
dan marah. Rasulullah telah bersabda:
“sesungguhnya Allah maha lemah lembut dan cinta
terhadap kelemah lembutan. Allah memberikan kepada orang yang lemah lembut apa
yang tidak diberikan kepada orang yang kasar dan tidak pula kepada yang
lainnya.”
j. Memiliki jiwa tolerans
Banyak orang yang mengatakan adalah mengikuti jejak
lingkungannya, hal ini bukanlah toleransi adalah seperti bahasa jawa”empan mawa
papan”. artinya dimana tempatnya seorang da’I harus dapat mengadaprtasikan
dirinya dalam artian positif. Firman Allah surat AL-Kafirun ayat 6:
ö/ä3s9 ö/ä3ãYÏ uÍ<ur ÈûïÏ ÇÏÈ
Artinya: untukmu agamamu, dan untukkulah,
agamaku."
k. Sifat terbuka (demokratis)
Seorang da’I adalah manusia, yang mana manusia adalah makhluk yang jauh
dari kesempurnaan, pabrik salah dan gudang lupa. Oleh karena itu seorang da’I
agar dakwahnya berhasil diharuskan memiliki sifat terbuka. Artinya bila ada
kritik dan saran hendaknya diterima dengan hati gembira, mengalami kesulitan
sanggup memushawarahkan dan tidak berpegang teguh pada pendapat yang kurang
baik.
l. Tidak memiliki penyakit hati
Sombong, dengki, ujub, iri dan sebagainya haruslah
disingkirkan dalam hati sanubari seseorang yang hendak da’wah. Sebab tanpa
dibersihkan dari sifat itu tak mungkin orang tercapai tujuan dakwahnya. Oleh
karena itu Rasululloh, seorang da’I international, pembawa islam di dunia,
terlebih dahulu beliau dibersihkan oleh Allah dari kotoran-kotoran yang ada
pada kolbunya.
Salah satu contoh dengki orang akan merasa iri bila
temannya bahagia di dunia dan akhirat. Dari gambar ini mana mungkin orang akan
mengajak orang lain kepada kebaikan, bila diri sendirinya iri kepada orang lain
sebagai sasaran dakwahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar